Sabtu, 01 Februari 2014

history

High Heels

“I don’t know who invented high heels but every women owe him a lot – Marylin Monroe”
Fashion atau mode merupakan salah satu hal terpenting terutama bagi sebagian besar kaum wanita. Fashion dan kaum wanita merupakan satu kesatuan yang membuat ikatan yang tidak terpisahkan. Bagi para pencinta mode, high heels atau yang biasa kita sebut dengan sepatu hak tinggi merupakan salah satu hal wajib yang harus ada di dalam lemari pakaian mereka. High heels merupakan sebuah fashion item penting, pelengkap segala jenis penampilan dan merupakan sebuah fashion statement.
                Jadi apa itu high heels? High heels atau sepatu hak tinggi merupakan sepatu yang menaikan tumit penggunanya jauh lebih tinggi dari ujung jarinya. Secara teori jika tumit dan ujung jari naik dalam ketinggian yang sama, sepatu itu tidak termasuk high heels, tetapi bisa dianggap bahwa sepatu itu termasuk. Intinya high heels merupakan sepatu yang cenderung memberikan ilusi kaki yang lebih panjang dan ramping dan posisi tubuh yang lebih tinggi.
                Menurut website fashion ternama seperti Jimmy Choo dan Gucci, sepatu yang tergolong high heels merupakan sepatu yang memiliki ketinggian antara 2 sampai dengan 5 inchi jadi sepatu dengan low heels dan mid heels juga termasuk dalam high heels. Selain high heels pada umumnya, ada juga high heels yang dibuat ekstrim dengan ketinggian 6 inchi.
                Pada zaman modern ini high heels dianggap pelengkap penampilan, aksesoris untuk kaki dan sebuah item fashion yang tidak ada matinya. Tapi apakah selalu demikian? Seperti kata Marylin Monroe, kita, terutama kaum wanita berutang budi pada siapapun yang menemukan high heels. Jadi siapakah yang pertama menemukan high heels itu?
SEJARAH HIGH HEELS
Setelah ditelusuri, high heels pertama kali ditemukan oleh masyarakat kuno lama dari sekarang yaitu sekitar 3500 tahun sebelum masehi di Mesir Kuno. Pada mural-mural peninggalan bangsa Mesir Kuno tersebut, ditemukan bahwa pada masa itu kaum wanita dan pria kalangan atas menggunakan bentuk sepatu hak tinggi pertama untuk upacara adat tradisional mereka. Sepatu ini berbentuk seperti simbol ankh yang melambangkan kehidupan. Selain itu tukang jagal di daerah Mesir Kuno juga menggunakan high heels untuk mempermudah berjalan melewati darah hewan hasil jagalan mereka.
Sepatu Hak Pada Ukiran Mesir Kuno
Di daerah Yunani dan Roma kuno juga ditemukan sepatu yang mirip dengan high heels bernama kothorni. Bentuknya seperti sepatu platform, sendal dengan tudungnya dan memiliki hak atau sol yang tinggi dan terbuat dari kayu atau gabus. Pada jaman Reinaissance sepatu ini dikenal dengan sebutan buskins. Sepatu ini merupakan sepatu yang terkenal di kalangan aktor pertunjukan pada masa itu. Ketinggian buskins menunjukan status sosial si aktor tersebut atau seberapa penting karakter si aktor tersebut dalam pementasannya. Pada masa Roma Kuno, prostitusi di legalkan, pada masa ini lah high heels merupakan bagian awal dari perbedaan dan diskriminasi gender. Para wanita yang terlibat dalam prostitusi dibedakan oleh sepatu hak tinggi mereka. Dengan menggunakan sepatu hak tinggi, profesi mereka dapat diketahui dengan mudah.
   
                                           Kothorni

Di daerah Yunani dan Roma kuno juga ditemukan sepatu yang mirip dengan high heels bernama kothorni. Bentuknya seperti sepatu platform, sendal dengan tudungnya dan memiliki hak atau sol yang tinggi dan terbuat dari kayu atau gabus. Pada jaman Reinaissance sepatu ini dikenal dengan sebutan buskins. Sepatu ini merupakan sepatu yang terkenal di kalangan aktor pertunjukan pada masa itu. Ketinggian buskins menunjukan status sosial si aktor tersebut atau seberapa penting karakter si aktor tersebut dalam pementasannya. Pada masa Roma Kuno, prostitusi di legalkan, pada masa ini lah high heels merupakan bagian awal dari perbedaan dan diskriminasi gender. Para wanita yang terlibat dalam prostitusi dibedakan oleh sepatu hak tinggi mereka. Dengan menggunakan sepatu hak tinggi, profesi mereka dapat diketahui dengan mudah.
   
                                             Pattens
Selama abad pertengahan ditemukan lagi bentuk high heels yang lain. Pada masa itu baik perempuan maupun laki-laki menggunakan sebuah hak bernama Pattens yang melekat pada sepatu mereka. Alasan  penggunaannya adalan untuk masalah ke praktisan. Pattens berfungsi untuk melindungi sepatu mahal mereka dari lumpur, puing-puing sekaligus membantu mereka berjalan di atas permukaan tanah yang tidak rata. Pattens sendiri terbuat dari kayu.
                Pada abad ke 9 berdasarkan sebuah gambar pada mangkuk keramik yang ditemukan di Persia, sepatu hak tinggi juga digunakan oleh para pengendara kuda di daerah Timur Tengah. Sepatu ini memiliki ketinggian sekitar 1 setengah inchi. Fungsi dari sepatu hak tinggi ini adalah untuk menjaga dan menahan kaki si pengendara kuda agar tetap melekat di sanggurdi. Sepatu ini memiliki fitur-fitur yang sekarang ada dalam sepatu boots cowboy. Dalam 3 dekade kemudian hak sepatu tersebut menjadi semakin tinggi dan kurus terutama di prancis. Sepatu ini memiliki ketinggian sekitar 3 sampai 4 inchi dan tidak dapat lagi digunakan untuk berkuda melainkan lebih ke arah style fashion untuk pria.
       
                              Kabkabs/Nalins
Pada abad ke 14 munculah Kabkabs atau nama lainnya Nalins di Lebanon yang merupakan sepatu hak tinggi bagi kaum wanita Timur Tengah untuk melindungi kaki mereka dari kotoran dan debu jalanan. Nama tersebut diambil dari suaranya ketika diapakai berjalan di lanati marmer. Bagi wanita yang kaya raya seringkali sepatu kayu mereka ini akan dihiasi dengan mutiara dengan tinggi beberapa inchi dan sulaman kulit. Biasanya sepatu ini dibuat dengan tali pengikat yang terbuat dari sutra atau beludru. Bagian atasnya disulam dengan perak, emas, atau kawat pewter (campuran timah putih dan hitam). Untuk acara pesta cekungan cengungan pada sepatu tersebut bisanya dihiasi oleh emas.
Di Turkey pada abad ke 15 ditemukan sepatu high heels yang diberi nama chopines yang kemudian populer di seluruh daerah eropa sampai dengan abad ke 17. Chopines memiliki ketinggian antara 7 sampai dengan 30 inchi dan khusus dibuat untuk perempuan. Karena tingginya yang sangat ekstrim, untuk berjalan, seorang wanita membutuhkan bantuan tongkat atau seorang pelayan untuk selalu membantu mereka. Chopines dirancang dengan gabus dan kayu ditumpuk di bagian tumit sepatu tersebut hingga tinggi. Pada sekitar tahun 1600 chopines di buat di Venesia dengan bagian tumit lebih tinggi dan sudah mulai sedikit mengarah ke fashion. Chopines di Venesia merupakan perlambangan kekayaan dan status sosial para wanita. Selain itu chopines yang membuat wanita susah bergerak berguna untuk mencegah wanita kabur dari rumah dan berselingkuh dari suaminya. Hal ini juga merupakan perlambangan sepatu hak sebagai diskriminasi gender.
     
                                   Chopines
   Pada sekitar tahun 1500an karena kadang kesulitan membuat hak yang sama panjang, para produsen sepatu mulai mebuat hak yang tidak stabil antara kanan dan kiri. Sepatu tersebut sempat menjadi fashion trend sampai akhirnya hilang di taun 1800an.
Penemuan dan Penolakan
Akhirnya istri raja perancis Henry II lah yang mendapat kredit sebagai penemu pertama high heels sebagai item fashion. Pada tepatnya tahun 1533, Catherine de medici yang merupakan orang keturunan Italia ini bertunangan pada Duke of Orleans, raja Henry II ketika usianya baru mencapai 14 tahun. Tubuh Catherine kecil dan kurang menarik, tingginya hanya mencapai 150 centimeter sementara saat itu raja Henry merupakan seorang eropa yang termasuk sangat tinggi.
                Karena ingin terlihat lebih anggun dan berkuasa sebagai seorang ratu ia menugaskan seorang tukang sepatu untuk mebuat sebuah sepatu bergaya yang memiliki tumit ditinggikan dan memiliki gabungan bentuk yang beradaptasi dari chopine dan pattens. Jadi sepatu ini solnya terbuat dari kayu yang meninggikan bagian tumit dan jari kaki, tapi dengan bagian tumit yang lebih tinggi daripada jari kakinya. Bagian hak sepatu tersebut dibuat sangat ramping dan kecil. Sepatu inilah yang menjadi awal stiletto. Kabarnya sepatu tersebut merupakan hasil karya dari seniman terkenal, Leonardo Da Vinci.
     
   High Heels Catherine de Medici
                Fungsi sepatu ini selain untuk kecantikan dan fashion juga untuk melindungi kaki dari debu dan kotoran jalanan. Jadilah sepatu high heels 2 inchi untuk Ratu Catherine de medici sebagai high heels fashion/stiletto yang pertama diciptakan. Sepatu dengan model high heels pertama ini kemudian tersebar luas di Italia dan menjadi sebuah fashion statement, pemakaiannya menggantikan pemakain chopines. Sampai-sampai chopines dilarang pemakaiannya di Venice.
                Sejak Penemuannya itu stiletto atau high heels menjadi sangat terkenal di Eropa. Stiletto kadang dihiasi emas dan berlian sehingga harganya melonjak dan menjadi sangat amat mahal. Marie Antoinette dari Perancis sangat menyukai model sepatu high heels ini sampai-sampai pada abad ke 18 saat eksekusi matinya, ia tetap mengenakan sepatu high heels ini.
       
            Marie Antoinette
                 Pada abad ke 18 di Eropa, fashion berfokuskan pada area tubuh bagian bawah para pria. Saat itu stocking sedang mengalami masa trend dan sangat penting bagi kaum pria. Ketika para pria eropa berlomba-lomba merampingkan kakinya, Louis XIV kemudian tampak menggunakan sepatu high heels berhak merah dengan ketinggian 5 inchi. Sepatu tersebut memiliki gambar adegan perang di bagian tumitnya. Ketika itu raja hanya mengizinkan bangsawan saja yang boleh menggenakan sepatu berhak merah. Namun karena sang raja menggunakan sepatu bermodel tumit tinggi seperti itu rakyatnya pun mengikuti. Sepatu high heels pun menjadi trend di kalangan pria Eropa dengan syarat tidak boleh ada yang mengenakan sepatu hak tinggi lebih tinggi dari sepatu hak 5 inchi milik sang raja.
                 Pada sekitar waktu yang sama di Jepang, ditemukan sejenis bentuk high heels yang diberi nama Okobo atau sekarang kebih kita kenal dengan bakiak. Okobo ini digunakan oleh para maiko atau geisha magang. Selain untuk fashion, okobo juga digunakan karena masalah kepraktisan. Tinggi okobo berguna untuk mencega kimono yang mahal menjadi kotor atau rusak akibat kotoran di jalanan. Okobo dibuat dari kayu yang dibentuk menyerupai tapak  sepatu dan diukir cekung sehingga menghasilkan bunyi tersendiri ketika dipakai. Bunyinya inilah yang menjadi salah satu dasar pemilihan namanya. Kayu tersebut diselesaikan apa adanya, bahkan ada yang sama sekali tidak dipernis. Namun, selama musim panas, maiko mengenakan okobo yang telah dipernis. Bentuk tali penahan okobo berbentuk V seperti layaknya sendal jepit, sedangkan warna talinya disesuaikan dengan status maiko. Untuk maiko baru akan mengenakan okobo tali merah, sedang yang hampir menyelesaikan magangnya menggunakan tali kuning. Sampai saat ini okobo masih sering digunakan oleh masyarakat Jepang.
   
                                    Okobo
                Sepatu high heels atau hak tinggi ini memiliki masa kejatuhan juga. Setelah revolusi perancis pada sekitar abad ke 18, Napoleon melarang pemakaian sepatu hak tinggi atau high heels ini. Alasannya adalan karena pemakaian sepatu ini melambangkan pembedaan kasta. Biasanya pemakai sepatu high heels merupakan dari kalangan bangsawan saja. Maka dari itu Napoleon yang tidak suka akan hal itu melarang pemakaian sepatu tersebut. Selain itu sepatu dengan hak tinggi merepotkan pekerjaan masyarakat yang umumnya bertenak dan bertani. Saat itu semua masyarakat memakai flat shoes dan sendal baik pria maupun wanita selama abad ke 19. Namun kemudian sepatu high heels mulai muncul lagi pada akhir abad ke 19. Pemakaian high heels mulai abad ke 19 ini hanya dikhususkan dan eksklusif untuk para wanita saja dan sangat digemari sebagai sebuah item fashion. Selain itu dengan penciptaan mesin jahit, high heels dengan berbagai model mulai diciptakan mengikuti fashion masa itu.
High Heels Pada Abad ke 20
                Mulai abad ke 20 sepatu high heels mengalami kenaikan popularitas lagi. Para pencinta dan pengamat fashion mulai kembali memfokuskan high heels sebagai benda fashion penting. Namun selama perang dunia kedua, high heels mengalami naik turun daun. Hal ini disebabkan selain karena kondisi yang sulit, banyak kampanye tentang emansipasi wanita. Seperti yang sebelumnya dapat dilihat, high heels merupakan salah satu fasilitas diskriminasi wanita pada masa sebelumnya. Selain itu banyak yang menginginkan sepatu yang lebih nyaman pada masa itu.
                Pada 1940 desainer Perancis, Andre Perugia merancang stiletto modern pertama yang berhasil di foto. Stiletto ini ia ciptakan untuk penyanyi Paris,  Mistinguett. Andre Perugia kemudian dikenal sebagai salah satu perancang yang melestarikan stiletto dalam dunia fashion. Nama stiletto sendiri diambil dari bahasa Yunani stylos yang berarti tiang penyangga.
                High heels kembali berjaya pada sekitar tahun 1950 sampai dengan 1960an. Mulai pada saat itulah ada tekhnologi yang dapat digunakan untuk membuat stiletto modern yang kita kenal pada saat ini. Teknologi tersebut adalah dengan menyisipkan baja tipis di bagian hak sepatu untuk menyokong sepatu tersebut. Sebelumnya pembuatan stiletto diatas 7 centimeter sangat sulit dilakukan karena ukuran hak yang sangat tipis.
                Pada tahun 1950an itulah melalui merk ternama Christian Dior yang bekerja sama dengan perancang terkenal Robert Vivier kembali menghidupkan stiletto sebagai sebuah fashion statement penting bagi wanita. Kolaborasi antara kedua desainer ini menciptakan sebuah sepatu stiletto model ‘Louis’ dengan potongan rendah dan hak yang sangat tipis.
                                                                                                 
                                                                                                        Sepatu Boots dengan Hak
Dengan diciptakannya rok mini pada tahun 1960an, diciptakan juga model sepatu boot dengan heels yang sangat serasi dpadukan. Sepatu ini bertujuan untuk memperindah tampilan kaki yang banyak terlihat dengan rok mini.
        
                          Desain Manolo Blahnik
                Selama masa ini penggunaan high heels masih sedikit ditentang dengan alasan simbol diskriminasi gender. Sampai akhirnya pada tahun 1980an setelah fashion sangat menjadi trend masyarakat, desainer Manolo Blahnik membawa high heels ke catwalk. Kemudian high heels terus merambat ke Hollywood dan kemudian ke masyarakat luas.
                Pada masa modern ini high heels merupakan sebuah item fashion umum yang berguna mempercantik tampilan dan menambah kepercayaan diri kaum wanita. Seperti kata Manolo Blahnik “You put high heels on and you change”.
source : http://divisabitha.wordpress.com/

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates